SekalipunDaud adalah raja, Yehuwa tidak menahan diri dari memberinya disiplin yang tegas. Allah mengutus nabi Natan untuk menyampaikan pesan yang keras kepada Daud. (2 Sam. 12:1-12) Bagaimana tanggapan Daud? Ia sangat menyesal dan bertobat. Daud pun menerima belas kasihan Allah. โ€”Baca 2 Samuel 12:13. PEMBAHASANKE TIGA: KEYAKINAN TERHADAP KITAB ALLAH SUBHAANAHU WATA'ALA Tanya Bagaimana bentuk keyakinan terhadap kitab2 Allah Subhaanahu Wata'ala ? Jawab Hendaklah kita meyakini sesunguhnya Allah memiliki kitab kitab yg diturunkan kepada para utusanNya. Kitab2 tersebut menjelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah bagi yg Kotadi dekatnya yakni Betlehem, kota Daud, menjadi puing oleh tangan para penakluk Babilon. Namun, perjanjian Hukum yang dibuat dengan Israel di Gunung Sinai di Arab terus berlangsung. Juga, perjanjian untuk kerajaan kekal yang ditegakkan terhadap Daud terus berlaku. "Maksud-tujuan kekal" Allah berkenaan Mesiasnya tetap teguh. Vay Tiแปn Trแบฃ Gรณp Theo Thรกng Chแป‰ Cแบงn Cmnd Hแป— Trแปฃ Nแปฃ Xแบฅu. Dalam kitab al-Zuhd, terdapat dua riwayat yang bercerita tentang Nabi Dawud dan pertanyaannya kepada Allah tentang bagaimana caranya bersyukur. Berikut riwayatnya ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุญุฏุซู†ูŠ ุฃุจูŠ ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุญุฏุซู†ุง ุฌุงุจุฑ ุจู† ุฒูŠุฏ ุนู† ุงู„ู…ุบูŠุฑุฉ ุจู† ุนูŠูŠู†ุฉ ู‚ุงู„ ู‚ุงู„ ุฏุงูˆุฏ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู„ุงู… ูŠุง ุฑุจ ู‡ู„ ุจุงุช ุฃุญุฏ ู…ู† ุฎู„ู‚ูƒ ุงู„ู„ูŠู„ุฉ ุฃุทูˆู„ ุฐูƒุฑู‹ุง ู„ูƒ ู…ู†ูŠ ูุฃูˆุญูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆุฌู„ ุฅู„ูŠู‡ ู†ุนู… ุงู„ุถูุฏุน ูˆุฃู†ุฒู„ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ุงุนู„ู…ูˆุง ุขู„ูŽ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ุดูƒุฑู‹ุง ูˆู‚ู„ูŠู„ ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏููŠูŽ ุงู„ุดู‘ูƒูˆุฑ ุณูˆุฑุฉ ุณุจุฃ 13 ู‚ุงู„ ูŠุง ุฑุจ ูƒูŠู ุฃุทูŠู‚ ุดูƒุฑูƒ ูˆุฃู†ุช ุงู„ุฐูŠ ุชู†ุนู… ุนู„ูŠู‘ ุซู… ุชุฑุฒู‚ู†ูŠ ุนู„ูŠ ุงู„ู†ุนู…ุฉ ุซู… ุชุฒูŠุฏู†ูŠ ู†ุนู…ุฉ ู†ุนู…ุฉ ูุงู„ู†ุนู… ู…ู†ูƒ ูŠุง ุฑุจ ูˆุงู„ุดูƒุฑ ู…ู†ูƒ ููƒูŠู ุฃุทูŠู‚ ุดูƒุฑูƒ ูŠุง ุฑุจู‘, ู‚ุงู„ ุงู„ุขู† ุนุฑูุชู†ูŠ ูŠุง ุฏุงูˆุฏ ุญู‚ ู…ุนุฑูุชูŠ Abdullah bercerita, ayahku bercerita kepadaku, Abdurrahman bercerita, Jabir bin Zaid bercerita dari al-Mughirah bin Uyainah, ia berkata Nabi Dawud alaihissalam berujar โ€œWahai Tuhan, apakah ada salah satu makhluk-Mu yang banyak berdzikir kepada-Mu di malam hari melebihi aku?โ€ Kemudian Allah memberitahu Dawud โ€œYa, ada, yaitu katak.โ€ Dan Allah menurunkan firman-Nya kepada Dawud QS. Sabaโ€™ 13 โ€œBekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.โ€ Nabi Dawud berkata โ€œDuh Tuhan, bagaimana mungkin aku mampu bersyukur kepada-Mu sementara Kau yang memberiku nikmat, kemudian Kau yang memberi rezeki kepadaku atas nikmat itu, kemudian Kau yang menambahiku nikmat demi nikmat. Karena segala nikmat berasal dari-Mu, wahai Tuhan, dan syukur berasal dari-Mu. Maka, bagaimana mungkin aku mampu bersyukur kepada-Mu, wahai Tuhan.โ€ Allah berfirman โ€œSekarang kau telah mengenal-Ku, wahai Dawud, benar-benar mengenal-Ku.โ€ Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 88-89 ุนู† ุฃุจูŠ ุงู„ุฌู„ุฏุŒ ุนู† ู…ุณู„ู…ุฉ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนู„ูŠู‡ ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู„ูŽู‡ููŠู’ุŒ ูƒูŽูŠู’ููŽ ู„ููŠู’ ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุดู’ูƒูุฑูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ู„ูŽุง ุฃูŽุตูู„ู ุฅูู„ูŽู‰ ุดููƒู’ุฑููƒูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุชููƒูŽุŸ ููŽุฃูŽูˆู’ุญูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูŠูŽุง ุฏูŽุงูˆูุฏูุŒ ุฃูŽู„ูŽุณู’ุชูŽ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ุจููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูุนูŽู…ู ู…ูู†ู‘ููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽู„ูŽู‰ุŒ ุฃูŽูŠู’ ุฑูŽุจู‘ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ููŠู’ ุฃูŽุฑู’ุถูŽู‰ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุดููƒู’ุฑู‹ุง Dari Abu al-Jald, dari Maslamah, sesungguhnya Nabi Dawud shallallahu alaihi wasallam berkata โ€œTuhanku, bagaimana mungkin aku bisa bersyukur kepada-Mu, sementara aku tidak akan sampai bersyukur kepada-Mu kecuali dengan nikmat-Mu juga?โ€ Kemudian Allah memberitahu Dawud โ€œWahai Dawud, bukankah kau tahu bahwa yang ada pada dirimu merupakan bagian dari nikmat-nikmat-Ku?โ€ Nabi Dawud menjawab โ€œBenar, wahai Tuhanku.โ€ Allah berfirman โ€œSesungguhnya Aku telah meridhai syukurmu itu.โ€ Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 91-92 **** Memiliki kesempatan bersyukur adalah nikmat, dan mensyukuri nikmat adalah nikmat. Begitulah gambaran sederhana dari riwayat di atas, bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak berasal dari-Nya. Namun, manusia kadang lalai dengan kemakhlukannya. Ia lupa bahwa dirinya makhluk yang diadakan oleh Allah, bukan ada dengan sendirinya. Ketika manusia melupakan kemakhlukannya, ia akan mudah dilalaikan oleh sesuatu. Untuk lebih jelasnya, simak uraian singkatnya berikut ini. Riwayat di atas dimulai dengan Nabi Dawud yang selalu terjaga sepanjang malam untuk berdzikir kepada Allah. Meski demikian, ia diingatkan bahwa ada makhluk lain yang dzikirnya lebih banyak darinya, yaitu katak. Kemudian Allah memerintahkan Dawud dan keluarganya untuk memperbanyak syukur kepada-Nya. Artinya, sebanyak apapun ibadah seseorang, harus dibarengi dengan syukur. Tanpa itu, ibadahnya dikhawatirkan hanya akan menghasilkan bibit takabur dan ujub. Ini menunjukkan bahwa bersyukur adalah pengingat akan kemakhlukan kita, bahwa kita harus berterima kasih dengan apapun yang Allah berikan kepada kita. Dengan melupakan terima kasih syukur, kita akan terjebak dalam lingkaran ujub dan takabur. Itulah kenapa Allah menyuruh Dawud dan keluarganya untuk bersyukur. Di sisi lain, katak dalam riwayat di atas perlu kita pahami sebagai simbol pengingat, bahwa kita tidak lebih mulia dari siapapun, bahkan dengan makhluk Tuhan non-manusia. Simbol yang mengajarkan kita agar tidak mudah membandingkan amal ibadah kita dengan makhluk Tuhan lainnya. Karena perbandingan amal seringkali berujung pada anggapan mulia diri takabbur/ujub yang akan menjebak kita. Inilah yang perlu kita hindari. Salah satu caranya dengan memperbanyak syukur kita kepada Allah. Pintu pembukanya adalah pemahaman bahwa sebanyak apapun syukur kita, tidak mungkin mendekati, apalagi menyamai nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Seperti yang diungkapkan Nabi Dawud alaihissalam di atas, bahwa bersyukur sendiri adalah nikmat dari Tuhan, maka bagaimana mungkin ia mampu bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya ituโ€™. Hal ini menunjukkan adanya ketidak-seimbangan antara anugerah yang diterima dan syukur yang dirasakan dan dipanjatkan oleh seseorang. Kebanyakan dari kita lalai akan kehadiran nikmat Allah. Kita lalai bahwa waktu adalah nikmat; sehat adalah nikmat; merasa adalah nikmat, dan semuanya adalah nikmat. Kelalaian ini sudah diperingatkan oleh Nabi Muhammad jauh-jauh hari, terutama soal nikmat sehat dan waktu luang. Beliau bersabda HR. Imam al-Bukhari ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽุงู†ู ู…ูŽุบู’ุจููˆู†ูŒ ูููŠู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽุซููŠุฑูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงู„ุตู‘ูุญู‘ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุบู โ€œAda dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai; nikmat sehat dan nikmat waktu luang.โ€ Kembali ke soal ketidak-seimbangan anugerah dan syukur. Untuk memahaminya, kita harus memperhatikan munajat indah Nabi Dawud berikut ini ุฅูู„ูŽู‡ููŠู’ุŒ ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู„ููƒูู„ู‘ู ุดูŽุนู’ุฑูŽุฉู ู…ูู†ู‘ููŠู’ ู„ูุณูŽุงู†ูŽูŠู’ู†ูุŒ ูŠูุณูŽุจู‘ูุญูŽุงู†ู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ูŽ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽู‡ูŽุงุฑูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽู‡ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ู…ูŽุง ู‚ูŽุถูŽูŠู’ุชู ุญูŽู‚ู‘ูŽ ู†ูุนู’ู…ูŽุฉู โ€œIlahi, sungguh, andai saja setiap rambutku memiliki dua lidah yang selalu bertasbih siang dan malam, dan bertasbih setiap waktu, aku belum menunaikan satu pun hak nikmat yang Kau berikan kepadaku.โ€ Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, h. 88 Artinya, bertasbih sepanjang hidup, dengan dibantu setiap helai rambut yang memiliki dua lidah, dan keduanya bertasbih siang-malam dan setiap saat, itu masih jauh dari cukup untuk memenuhi hak satu nikmat yang Allah berikan. Bayangkan saja, rambut manusia yang jumlahnya sukar dihitung, dikalikan dua lidah, dan bertasbih sepanjang waktu sampai mati, masih tidak cukup untuk memenuhi hak satu nikmat dari Allah. Karena itu, kerendahan hati tawadduโ€™ sangat dibutuhkan dalam bersyukur kepada Allah. Kebingungan Nabi Dawud dalam bersyukur menunjukkan kerendahan hatinya, bahwa tidak mungkin mensyukuri nikmat Tuhan dengan hitungan matematis, atau dengan menghitung amal ibadah yang dilakukannya. Sebab, bisa beribadah sendiri adalah nikmat, sehingga mustahil menghitung anugerah Allah dengan angka. Jika seseorang melakukan perhitungan itu, dan merasa dirinya sebagai orang yang banyak ibadahnya, bisa jadi ia akan kehilangan makna syukur. Maka dari itu, dalam riwayat di atas, Allah menjawab kebingungan dan ketidak-mampuan Nabi Dawud dengan mengatakan, โ€œSesungguhnya Aku telah meridhai syukurmu itu,โ€ dan di riwayat lain, โ€œSekarang kau telah mengenal-Ku, wahai Dawud, benar-benar mengenal-Ku.โ€ Pertanyaannya, pernahkah kita bersyukur dengan kerendahan hati? Wallahu aโ€™lam bish shawwab.. Muhammad Afiq Zahara, alumni PP. Darussaโ€™adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan. Artikel kali ini akan membahas โ€œbagaimana tanggapan allah kepada daudโ€ ayo kita lanjutkan yahh. Untuk adik adik diharap untuk mengerjakan soal terlebih dahulu sebelum melihat jawaban dibawah ini. Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu orangtua serta guru untuk mengecek jawaban dari siswa tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan siswa dalam menemukan dan cross cek jawaban yang telah ada. setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya. Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut jawaban dari pertanyaan โ€œbagaimana tanggapan allah kepada daudโ€ Jawaban Dalam Mazmur, Daud berkata bahwa Allah telah membuat janji khusus kepadanya. โ€œTUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya โ€œSeorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu.โ€ Mazmur 13211 Daud, ketika kerajaannya telah didirikan, dan bangsa Israel damai, ingin membangun sebuah bait, atau tempat pemujaan bagi Allah. Nabi Natan diutus kepada Daud untuk memberitakan kepadanya bahwa meskipun Allah tidak ingin dia membangun sebuah bait, Allah akan membangun keluarga Daud, dan seseorang dari garis keturunannya akan memimpin kerajaan-Nya selamanya. โ€œApabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya โ€ฆ Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanyaโ€ 2 Samuel 712-13, 16. Demikian penjelasan mengenai pertanyaan โ€œbagaimana tanggapan allah kepada daudโ€. semoga dapat membantu.

bagaimana tanggapan allah kepada daud